Assalammualaikum
Warahmatullah Wabarakatuh
Isu yang paling sering dibahas, dan krusial yakni soal quarter life crisis, karena banyak orang
yang tidak bisa/ kurang mampu dalam melewati fase ini.
Pengertian Quarter
Life Crisis
Setiap orang pasti mengalami proses pertumbuhan dari
anak-anak sampai dewasa, Namun pada saat seorang manusia beranjak dewasa
tekanan, tuntutan dan permasalahan yang akan dihadapinya-pun akan makin
kompleks.
Reaksi yang ditimbulkan berbeda pada tiap individu, ada yang
merasa antusias dan senand, namun ada juga yang merasa cemas karena menganggap
mereka tidak memiliki bekal atau persiapan yang cukup.
Ada satu fase yang dinamakan Emerging Adulthood, yakni fase yang dielati semua individu
dipenghujung masa remajanya dan bukan merupakan suatu transisi yang singkat.
Fase ini biasanya dialami pada seseorang direntang usia 18
sampai 29 tahun (Arnett,2001). Pada masa ini banyak tuntutan dari lingkungan
kepda seseorang, sperti tuntutan atas kematangan itu sendiri.
Belum adanya kemampuan untuk mengemban tanggungjawab membuat
seseorang menjadi mengeksplore diri dalam aspek percintaan, pekerjaan dan
pandangan terhadap dunia itu sendiri.
Eksplorasi diri membuat seseorang mengalami ketidakstabilan
dalam fase emerging adulthood, karena
dalam fase ini seseorang banyak mengalami perubahan baik dalam segi percintaan,
pendidikan hingga pekerjaan, yang mana lebih banyak disbanding fase
perkembangan lainnya (Tanner et al, 2008).
Pada masa ini seseorang cenderung memilki padangan yang
berbeda dengan orang tuanya, sehingga nilai-nilai yang orang-tuanya anut, tidak
bisa mereka terima selayaknya kondisi pada saat mereka kecil, sedangkan norma
orang dewasa tidak bisa sepenuhnya mereka jalankan (Atwood & Scholtz,2008).
Ketidakstabilan ini merupakan sumber stress dan kecemasan
tersendiri, karena mereka tidak mau dianggap sebagai anak kecil namun belum
pantas dinilai sebagai orang dewasa.
Tidak semua orang bisa menghadapi fase ini dengan baik,
beberapa orang akan mengalami kebingungan, sebagian mencoba mengatasi
masalahnya, dan sebagian lagi mengalami masa yang berat dan membutuhkan terapi
dalam pencarian solusinya.
Bentuk krisis yang dialami seseorang pada masa ini adalah
persaan tidak berdaya, terisolaso, ragu akan kemampuan diri sendiri dan takut
kegagalan (Atwood & Scholtz,2008).
Menurut Robbins dan Wilner (2001 dalam Black, 2004) Quarter Life Crisis merupakan reaksi
dari ketidakmampuan seseorang menghadapi Realita
Hidup yang perih penuh ketidakstablian setelah lepas dari kenyamanan
pengalaman menjalani pendidikan tinggi.
Menurutnya pada masa ini ditandai dengan beberapa reaksi
emosional seperti frustasi , panic, tidak berdaya, tidak memiliki tujuan,
depresi gangguan psikologis dan sebagainya.
Penyebab ketidakbahagiaan umunya karena masalah pekerjaan,
relasi anatar orang, keuangan dan karakter
tiap orang (Tanner et al, 2008).
Beberapa contoh latarbelakang fase ini karena masalah
pernikahan dan pekerjaan. Khususnya masalah pekerjaan, tuntutan menajdi dewasa
ditandai dengan awal masuk dunia kerja,
Hal ini berarti keharusan memilki penghasilan sendiri, serta
adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke taraf yang lebih tinggi
(Aronson, 2008).
Permaslahannya adalah pada rentang usia 20-an , seseorang
sadar akan masalahnya tapi tidak berani/tidak mau mengikuti konseling dengan
pakar (Foster dalam White, 2002).
Karena kesan negatif pada masyarakat yang kerap menganggap dirinya lemah, tidak bisa
menghadapi dengan usahanya sendiri, tidak bersyukur, tidak taat beribadah dll. yang
membuat seseorang malah mendapatkan tekanan lebih besar daripada petolongan.
Menurut penelitian yang saya ambil dari sumber paper ilmiah ini, Keluhan sebagian besar
malah muncul dari orang tua yang tidak bisa mengatasi permasalah emosional
anak-anaknya.
Terdapat 5 fase dalam Quarter
Life Crisis menurut Robinson (2011), yakni
- Fase pertama, perasaan terjebak dalam banyak pilihan sementara seseorang tidak mampu memutuskan harus menjalani yang mana.
- Fase kedua, dorongan yang kuat untuk merubah situasi.
- Fase ketiga, melakukan tindakan yang bersifat sangat krusial, seperti kerluar dari pekerjaan atau memutuskan suatu hubungan yang sedang dijalani, lalu mencoba pengalaman baru.
- Fase keempat, membangun pondasi baru dimana seseorang dapat mengendalikan arah tujuan kehidupannya.
- Fase kelima, membangun kehidupan yang lebih fokus pada hal-hal yang memang menjadi minat dan sesuai dengan nilai yang di anut orang tersebut.
Pada rentang usia 20 tahun-an jarang sekali menjalni suatu
proses yang kita sebut saja dengan
terapi.Robbins dan Wilner (2001) menjabarkan beberapa penyebabnya:
1. Publik dan Media mengabaikan kelompok rentang
usia ini.
2. Sebagian besar belum mempunyai kestabilan
finansial, mereka takut untuk membayar mahal sedangkan mereka mempunyai
kebutuhan hidup yang lebih mendesak untuk diprioritaskan.
3. Masih terpengaruh kuat terhadap stigma negatif
masyarakat. Sehingga mereke lebih memilih untuk diam.
Pada masa quarter life
inilah diri teman-teman sendiri diuji. Mengapa? Karena pada masa inilah teman-teman
mulai membuat komitmen pada diri sendiri
dan orang lain. Memasang target pada
kurun waktu tertentu untuk suatu tujuan seperti lulus kuliah atau menikah.
Dari penjabaran diatas, Seharusnya kita tahu tidak apa-apa
untuk merasa tidak berdaya jika teman-teman sekalian berada pada rentang usia quarter life crisis ini.
Semua orang pasti mengalami fase ini, jika teman-teman merasakan
gejala yang sudah disebutkan tadi, tenang karena bukan teman-teman seorang yang
merasakannya.
Jika merasa tidak bisa menangani sendiri jangan ragu untuk
segera membuat jannji dengan profesionalnya yakni psikolog.
Lebih lajut jika perlu penangan lebih, teman-teman bisa
dirujuk ke-psikolog klinis yang tepat sesuai masalah teman-teman, atau bisa
juga ke psikiater
Saya berharap tulisan ini berguna untuk siapa saja yang
membaca kedepannya.
Referensi :
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20300702-T30360-Inayah%20Agustin.pdf
Terimakasih, Wassalammualaikum...
Terimakasih, Wassalammualaikum...